Disaat kau sedang sendiri,
saat semua menjauh darimu,
dan suara-suara keramaian tak lagi kau dengar.
Saat kau menghampiri keramaian itu,
dan tak satupun dari mereka yang menyapamu,
dan kau lalu menjauh.
Itulah saat Tuhan menguji dirimu.
Ketika semua tidak peduli akan kehadiran
dan kedatanganmu diantara mereka.
Ketika mereka tahu akan kehadiranmu dan
akhirnya semua berpaling darimu.
Saat itu kau mulai merasa terhina,
merasa dirimu tak lagi berharga,
dan kau hanya bisa terdiam.
Itulah saat Tuhan mengubahkan engkau.
Mungkin harimu kini seakan gelap.
Gelap sekali sehingga kau tak dapat melihat.
Bagaikan si buta yang meminta sesuap nasi pada tiang di tepi jalan.
Namun tak satu pun yang mau memberikan nasi itu walau hanya sesuap.
Mungkin saat itu kau hanya bisa berpikir untuk lari.
Lari dari semua masalahmu yang belum selesai.
Atau mungkin saat itu kau hanya bisa berpikir untuk mati.
Mati meninggalkan semua penat dan beban dalam tubuhmu.
Tapi Tuhan berkata, TIDAK!
Bukan ini waktunya kau berakhir.
Jalanmu masih sangat panjang.
Untuk apa kau berakhir dengan cara sebodoh ini?
Bukankah Ia telah memberimu kesempatan untuk membenahi semuanya?
Percayalah Ia pasti buka jalan.
Mungkin tidak untuk saat ini.
Namun percayalah, saat itu kan datang.
Dimana kebahagiaan dan keramaian menghampirimu.
Dimana tawa dan canda disekelilingmu.
Dan dimana kasih sayang dan cinta kan bersamamu.
“Anakku tak satupun hal yang mustahil dihadapan-Ku...”
saat semua menjauh darimu,
dan suara-suara keramaian tak lagi kau dengar.
Saat kau menghampiri keramaian itu,
dan tak satupun dari mereka yang menyapamu,
dan kau lalu menjauh.
Itulah saat Tuhan menguji dirimu.
Ketika semua tidak peduli akan kehadiran
dan kedatanganmu diantara mereka.
Ketika mereka tahu akan kehadiranmu dan
akhirnya semua berpaling darimu.
Saat itu kau mulai merasa terhina,
merasa dirimu tak lagi berharga,
dan kau hanya bisa terdiam.
Itulah saat Tuhan mengubahkan engkau.
Mungkin harimu kini seakan gelap.
Gelap sekali sehingga kau tak dapat melihat.
Bagaikan si buta yang meminta sesuap nasi pada tiang di tepi jalan.
Namun tak satu pun yang mau memberikan nasi itu walau hanya sesuap.
Mungkin saat itu kau hanya bisa berpikir untuk lari.
Lari dari semua masalahmu yang belum selesai.
Atau mungkin saat itu kau hanya bisa berpikir untuk mati.
Mati meninggalkan semua penat dan beban dalam tubuhmu.
Tapi Tuhan berkata, TIDAK!
Bukan ini waktunya kau berakhir.
Jalanmu masih sangat panjang.
Untuk apa kau berakhir dengan cara sebodoh ini?
Bukankah Ia telah memberimu kesempatan untuk membenahi semuanya?
Percayalah Ia pasti buka jalan.
Mungkin tidak untuk saat ini.
Namun percayalah, saat itu kan datang.
Dimana kebahagiaan dan keramaian menghampirimu.
Dimana tawa dan canda disekelilingmu.
Dan dimana kasih sayang dan cinta kan bersamamu.
“Anakku tak satupun hal yang mustahil dihadapan-Ku...”
Hooee... Ini puisi yg kutulis dua tahun lalu (lamaa kaliii...?!!). Tapi dulu memang aku sangat menyukai puisi, aku suka membuat puisi, tapi itu dulu.. Sekarang?? Pengennya siih bergelut di dunia puisi kembali, tapi gimana ya?? Apa daya, waktu kadang tak suka memenuhi.. Guys, doakan aja agar aku bisa membuat puisi kembali.. Aku sangat rindu akan kebiasaan itu.. Aku juga ingin agar bisa terus menulis tanpa henti.. Punya blog tapi koq kosong? Mubazir? Tidak!! Aku tidak mau mensia-siakan apa yg sudah diberikan padaku dan apa yg telah kumiliki.. Kuharap semua mau membri dukungannya.. Terima kasih kawan-kawan...
God bless you all !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar